CERPEN : AKU, IBU & RUMAH

“Sampai ketemu lagi ya Nek. Aku dan Ibu izin pulang dulu. Assalamualaikum” ucapku kepada wanita paruh baya yang tak lain beliau adalah Nenekku. “Iya Waalaikumsalam, hati-hati dijalan ya” jawabnya sembari melambaikan tangan. “Iya” jawab aku dan Ibu bersamaan, tak lupa dengan senyum dan kembali membalas lambaian tangan kepada Nenek.

Hari ini aku dan Ibu baru saja mengunjungi rumah Nenekku yang berada di daerah Jakarta Barat. Aku dan Ibu tinggal di Depok karena memang sejak dulu Ibu mendapat kerja di daerah sana sedangkan aku melanjutkan kuliahku disalah satu Universitas Swasta di daerah Depok. Ibu selalu mengingatkan bahwa sekiranya dalam waktu seminggu sekali kita harus berkunjung ke rumah Nenek untuk bertemu dan menjenguk Nenek.

Keadaan malam ini cukup sunyi. Apalagi saat ini hanya ada aku dan Ibu di dalam mobil. Aku pun langsung menekan salah satu tombol yang ada didepanku untuk menyalakan radio agar tidak terlalu sunyi. Tak lama kemudian sebuah lagu mengalun diantara kami. Aku hanya diam menatap jendela sebelah kiriku.

“Dek.. “ panggilan ibu mengalihkan lamunanku. “ Iya, kenapa bu?” tanyaku. “Kamu udah pernah lewat perumahan XX yang baru aja selesai dibangun?” tanya Ibu. “Aku pernah lewat depan perumahan itu, tapi aku belum pernah melihat dalamnya bu, soalnya waktu itu masih dalam pembangunan dan belum ada yang boleh masuk kesana. Memang ada apa dengan perumahannya?” tanyaku lagi. “Kita mau lewat perumahan itu tidak? Ibu kemarin lewat sana, dan perumahan itu memang memiliki jalan menuju Tol”. “Wahh boleh bu. Aku juga penasaran, teman-teman ku bilang perumahan itu sangat bagus. Aku jadi ingin lewat sana” ungkapku. “Oke kita lewat sana ya” Ibu pun memasang send ke kanan dan mobil kami pun mulai memasuki perumahan elit itu.

Perumahan XX ini merupakan salah satu perumahan elit di daerah Jakarta Barat yang belum lama ini baru saja selesai dibangun. Perumahan ini sangat luas sekali. Didalamnya terdapat rumah-rumah dan toko-toko yang sangat megah. Selain itu, perumahan ini juga sangat strategis karena dapat terhubung dengan jalan Tol langsung dan yang menarik rumah-rumah disini terbagi menjadi beberapa cluster namun yang aku tahu hanya Cluster Amerika dan Cluster West Europe.

Kami mulai memasuki perumahan ini. Sepanjang perjalanan terdapat toko-toko bertingkat dikanan dan kiri dengan halaman parkir yang cukup luas. Toko-toko ini dijual dan disewakan untuk tempat makan, cafe serta tempat usaha yang lainnya. Namun, dari sekian banyak toko yang kami lewati, toko disini lebih dominan ke tempat makan dan cafe.  Tempat makan dan cafe yang ada disini beragam, ada yang sudah mempunyai nama terkenal, namun ada juga  yang baru memulai usaha tersebut. Jenis makanan yang ada pun beragam, tidak dapat kusebutkan satu per satu sebab sangat banyak sekali makanan yang tersedia disini. Akupun mulai terpaku dan sibuk melihat pemandangan di kanan dan kiriku. Apalagi ini malam hari, tempat-tempat tersebut sangat menarik pelanggannya dengan penataan lampu dan desain yang lucu-lucu. Beberapa menit berlalu, akupun tersadar aku sangat penasaran dengan rumah untuk tempat tinggalnya. Setelah melewati beberapa deret toko akhirnya aku melihat apa yang aku cari. Ternyata disela-sela deretan toko tersebut terdapat gapura yang sangat besar sekali, sama seperti pintu masuk hanya saja bedanya disini terdapat gerbang besar dan gapura yang diatasnya terdapat nama negara yang berbeda-beda.  Ada yang bertuliskan “Amerika Latin”, “Australia”, “San Francisco” dan sebagainya.  Kecewa rasanya aku hanya dapat melihat gerbang tersebut dan tidak dapat melihat seberapa megah rumah yang ada disini. Namun  berhubung tujuan utama aku dan Ibu lewat kesini hanya untuk menuju jalan Tol, kami tak punya banyak waktu untuk berkeliling dan hanya dapat melihat kawasan yang kami lewati saja.

Setelah melewati jalan utama dengan toko-toko mewah dikanan dan kiri. Aku dan ibu belok ke jalan yang lebih sepi dan agak gelap. Oiya, maksudku agak gelap disini bukan berarti hal yang menyeramkan yah, hanya saja pada jalan ini belum banyak toko yang terjual atau tersewa jadi penerangan yang terdapat pada jalan ini tidak seterang toko-toko yang ada di jalan utama.

Tak lama memperhatikan jalan tersebut aku melihat sebuah pagar besi yang didalamnya terdapat danau dan diseberangnya terdapat rumah penghuni yang jaraknya tidak dekat satu sama lain selain itu ada taman serta pohon-pohon yang rindang. Bentuk rumahnya minimalis tetapi ukurannya sangat besar dan terlihat sangat indah. “Bu? Itu rumah buat tempat tinggalnya ya?” tanyaku pada Ibu sembari menunjuk rumah-rumah minimalis tersebut. “Iya de, bagus-bagus ya rumahnya” jawab Ibu. “ Iya MashaAllah bgt Bu. Benar-benar rumah idaman. Kapan ya aku dapat beli rumah seperti itu? Aku ingin sekali ngerasain tinggal dirumah seperti itu Bu. Pokonya kalau aku punya uang banyak nanti aku ingin sekali beli rumah itu” ucapku panjang pada Ibu. Ibu hanya tersenyum dan tertawa kecil. “Ko Ibu tertawa sih u,u Ibu kenapa? Memang Ibu tidak mau punya rumah megah seperti itu yah?” tanyaku lesu.

“Dengerin Ibu ya de.. Kamu kalau mau rumah seperti itu boleh aja ko. Tapi kalau bisa punya rumah seperti itunya nanti untuk di akhirat aja. Minta sama Allah agar dibangunkan rumah mewah untuk  diakhirat. Percuma jika kamu beli rumah mewah di dunia, toh kalau meninggal rumahnya tidak bisa kamu bawa.  Dan meski kamu ingat, kehidupan yang kekal itu kehidupan di akhirat nanti. Didunia ini kita cuma hidup sementara”.

Aku hanya tersenyum mendengar perkataan Ibu. Terharu karena memang perkataan Ibu sangat menyentuh hatiku sampai aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku bersyukur setidaknya masih ada seseorang yang mengingatkan ku bahwa dunia bukanlah segala-galanya. Terima kasih Ibu, Malaikat tanpa sayapku :)

Boleh saja kita menabung untuk membeli rumah di dunia, asal jangan lupa juga menabung untuk membeli rumah di akhirat nanti – AR

- Story by AR -