PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI

PENGERTIAN DAN DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Kehidupan sehari-hari seorang eksekutif, manajer, kepala ketua, direktur, rektor, bupati, gubernur, menteri, panglima, presiden atau penjabat apapun, sesungguhnya adalah kehidupan yang selalu bergumul dengan keputusan. Sebagian besar waktunya harus dicurahkan pada penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Sering kali ia merasa hampa apabila dalam satu hari tidak mengambil satu keputusan. Tidak menjadi soal apakah keputusan itu benar atau mengandung kelemahan.
Oleh sebab itu banyak manajer yang berpendapat bahwa lebih baik membuat enam kesalahan dari sepuluh keputusan yang ia buat daripada sama sekali tidak membuat keputusan. Bagi penjabat tersebut yang penting timbul rasa kepuasan karena dapat mengambil keputusan hari itu. Ilustrasi itu menggambarkan bahwa pengambilan keputusan adalah aspek yang paling penting dari kegiatan manajemen. Jadi, apakah pengambilan keputusan itu?   

Dimulai dari pengertian keputusan. Pada awalnya para penulis sependapat bahwa kata keputusan (decision) berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Namun, ia hampir tidak merupakan pilihan antara benar dan yang salah, tetapi yang justru sering terjadi ialah pilihan antara yang “hampir benar” dan yang “mungkin salah” (Drucker, 1990). McGrew dan Wilson (1985) lebih melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah keadaan akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Proses itu untuk menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa mengambil keputusan memerlukan satu seri tindakan, membutuhkan beberapa langkah. Dapat saja langkah-langkah itu terdapat dalam pikiran seseorang yang sekaligus mengajaknya berfikir sistematis. Dalam dunia manajemen atau dalam kehidupan organisasi, baik swasta maupun pemerintah, proses atau seri tindakan itu lebih banyak tampak dalam berbagai diskusi.  

JENIS-JENIS KEPUTUSAN ORGANISASI
Proses pengambilan keputusan yang dijalankan secara baik akan melahirkan putusan-putusan organisasi, baik diputuskan secara pribadi setelah menerima informasi dari bawahan melalui musyawarah maupun putusan diambil sendiri oleh manajer tanpa melibatkan bawahan.
Secara umum keputusan dibagi menjadi dua jenis sebagai berikut :
Keputusan Strategis
Setiap organisasi melahirkan berbagai kebijakan atau keputusan organisasional. Kebijakan dan arah organisasi merupakan keputusan strategis. Kebijakan menyita banyak perhatian terutama bagi para manajer puncak karena pengaruhnya sangat besar terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisasi.
Keputusan Operasional
Adapun keputusan operasional menyangkut pengelolaan organisasi sehari-hari. Keputusan operasional sangat menentukan efektivitas keputusan strategis yang diambil oleh para manajer puncak (Drummond, 1995: 13). Dengan demikian,  keputusan yang diambil dalam proses manajemen baik manajer puncak maupun manajer menengah dan manajer rendah harus saling sinergi agar memiliki kekuatan untuk menembus faktor-faktor eksternal dalam menuju masa depan organisasi secara lebih baik.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam organisasi yaitu sebagai berikut :
1.      Adanya pengaruh tekanan dari luar.
2.      Adanya pengaruh kebiasaan lama (Konservatisme).
3.      Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi.
4.      Adanya pengaruh dari kelompok luar dan lingkungan sosial.
5.      Adanya pengaruh masa lampau (Pengalaman).

IMPLIKASI MANAJERIAL
Dalam organisasi pengambilan keputusan merupakan suatu hal yang sangat strategis, bahkan dapat menentukan kelangsungan hidup organisasi itu sendiri. Tentunya sebelum pengambilan keputusan itu diambil, terlebih dahulu harus ada masalah dan alternatif-alternatif pemecahan masalah.

Pemimpin puncak organisasi, tentunya mempunyai legitimasi tertinggi dalam penentuan pengambilan keputusan. Pemimpin puncak dapat terdiri dari satu orang ataupun beberapa orang. Tentunya akan lebih mudah jika pemimpin puncak tersebut terdiri dari satu orang saja, namun akibatnya adalah jika salah mengambil keputusan maka “rebound effect” tentunya yang paling besar terkena adalah pada orang tersebut. Ini berbeda jika pemimpin puncak tersebut terdiri dari beberapa orang, maka keputusan akhir dapat dicapai melalui mekanisme konsensus ataupun voting jumlah suara yang terbanyak (oleh karena itu jumlah pemimpin di sini biasanya ganjil).

Pengambilan keputusan dalam organisasi merupakan proses pemilihan antara berbagai alternatif (Shull, Delbecq, & Cummings, 1970). Menurut Ralp C. Davis, Mary Follet, dan James A.F. Stoner, pengambilan keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan alternatif terbaik, dan harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan. Dari pendapat ini, maka tentunya pengambilan keputusan haruslah melalui proses yang terkoordinasi dan matang serta mempunyai komunikasi yang baik antar yang dipimpin dan pemimpinnya. Jika komunikasi tidak berjalan dengan baik dan informatif, maka hal ini akan menyebabkan masalah baru dan bukan pemecahan masalah seperti yang diharapkan.
Pada umumnya suatu organisasi memiliki hierarki manajemen. Secara klasik hierarki ini terdapat tiga tingkatan, yaitu :
1.      Manajemen puncak yang berkaitan dengan masalah perencanaan yang bersifat strategis (”strategic planning”). Pada manajemen puncak keputusan yang diambil adalah keputusan strategis.
2.      Manajemen menengah, yaitu menangani permasalahan kontrol/pengawasan yang sifat pekerjaannya lebih banyak pada masalah administrasi. Pada manajemen menengah ini keputusan yang diambil adalah keputusan administrasi/taktis. Keputusan ini adalah keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya.
3.      Manajemen operasional, yaitu berkaitan dengan kegiatan operasional (kegiatan operasi harian). Keputusan yang diambil pada manajemen operasional disebut keputusan operasional.

Dari tingkatan pengambil keputusan di atas, maka kita dapat melihat pada tingkatan mana keputusan yang diambil dan siapa pengambil keputusan tersebut. Adapun jika situasi pengambilan keputusan tidak mendesak dan tidak terjadi konflik kepentingan, maka biasanya meskipun keliru setelah keputusan tersebut diambil maka efeknya tidak terlalu parah dan masih dapat diambil keputusan baru setelah dievaluasi dan diperbaiki keputusan yang sebelumnya tersebut.

Adapun pada pengambilan keputusan dalam kondisi konflik internal, pilihan yang diambil adalah dimana ada kepentingan dua atau lebih pengambil keputusan saling bertentangan dalam situasi persaingan dan atau pengambil keputusan saling bersaing dengan pengambil keputusan lainnya yang rasional, tanggap dan bertujuan untuk memenangkan persaingan tersebut.

Nah, sampai di sini ternyata perilaku si pengambil keputusan terbukti sangat berperan penting dalam isi keputusan itu sendiri. Ahli teori perilaku pengambilan keputusan sependapat bahwa individu juga mempunyai keterbatasan kognitif, sehingga tidaklah mungkin dapat mengambil keputusan yang sempurna, namun tentunya dia bisa mengambil keputusan yang terbaik sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Kompleksitas organisasi dan dunia secara umum menyebabkan individu bertindak dalam situasi ketidakpastian dan informasi yang ada begitu ambigu dan tidak lengkap. Kadang-kadang risiko dan ketidakpastian ini menyebabkan pembuat keputusan organisasi mempunyai keputusan yang diragukan, atau tidak etis. Dikarenakan ketidakpastian dan ambiguitas ini, seringkali malah keputusan tersebut semakin memperparah dan bukan menjadi jalan keluar pemecahan masalah. Oleh karena itu faktor koherensi dan rasionalitas serta objektivitas harus tetap dikedepankan dan harus selalu dicerminkan dalam setiap pengambilan keputusan. Ini adalah upaya untuk meminimalkan konflik dan perseteruan serta protes setelah keputusan tersebut diambil.
Titik selanjutnya yang juga sangat penting setelah keputusan tersebut diambil adalah komunikasi dan informasi kepada siapapun yang berkepentingan atau yang terkait dengan keputusan yang diambil. Meskipun keputusan yang diambil sudah bagus, namun cara penyampaiannya keliru atau salah dalam penerapannya maka dapat menyebabkan terjadinya ekses bahkan penolakan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan mengabaikan atau tidak menjalankan keputusan yang diambil. Ini sangat berbahaya, jika tidak cepat diberikan informasi yang tepat ataupun dievaluasi dan  diikuti dengan langkah penanganannya, maka dapat menimbulkan “kerusakan baik ke dalam maupun ke luar organisasi”.

Dalam hal keputusan itu mempunyai dampak yang luas dan berpengaruh pada banyak orang (misalnya terhadap suatu wilayah atau suatu negara bahkan secara internasional), maka diperlukan komunikasi massa yang terencana dan detail. Ini berhubungan dengan gejolak yang sangat besar yang bisa terjadi jika adanya penolakan atau protes yang besar. Dengan kita memberikan informasi yang berimbang,  memiliki dasar dan alasan-alasan yang kuat serta dilengkapi dengan data-data dan fakta yang terjadi, maka jika tetap ada penolakan hal itu bisa diminimalisir. Sungguh suatu hal yang tidak mungkin kita menyenangkan dan memuaskan semua pihak, namun jika kita dapat mengakomodasi hampir seluruh kepentingan orang banyak, maka keputusan yang diambil akan sangat kuat dan nantinya akan dibela dan dijalankan oleh pihak-pihak yang mendukung keputusan kita tersebut.

Yang terakhir, marilah kita sebelum mengambil keputusan memberikan waktu untuk memikirkan dan memperhitungkan dampak yang bisa terjadi setelah keputusan kita ambil. Walaupun keputusan tersebut waktu pengambilannya sangat sempit dan terjadi konflik, namun disinilah diuji dan dibuktikan kemampuan pemimpin yang sesungguhnya. Seorang pemimpin yang benar adalah seorang pemimpin yang mendengarkan baik pihak yang menentang maupun yang menerima, namun pemimpin yang baik adalah yang mengambil keputusan berdasarkan kepentingan orang banyak dan berdasarkan hati nurani, sekalipun keputusan yang akan diambilnya tersebut tidak menguntungkan dirinya pribadi maupun kelompoknya. Karena pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang mewariskan karya besar yang akan dikenang sepanjang masa dan tentunya karyanya tersebut bermanfaat bagi umat manusia. (James Allan Rarung, Magister Manajemen Sumber Daya Manusia)

DAFTAR PUSTAKA :
Prof. Dr. J. Salusu, M.A. 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik (untuk Organisasi Publik dan Organisasi nonprofit). Jakarta : PT Grasindo.
Syafaruddin, Anzhizan. 2004. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta: Gramedia Widiasarana.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERPEN : PERCAKAPAN SINGKAT

PENGERTIAN, SYARAT, UNSUR & MACAM-MACAM ALINEA

KONVENSI NASKAH