SASTRA INDONESIA
Teks-teks
yang pada hakikatnya mengandung keindahan dan kebenaran imajinatif disebut
sastra. Keindahan sastra dapat ditinjau dari segi bahasa dan keindahan itu
sendiri. Keindahan bahasa dalam sastra bukan terkandung dalam keindahan bentuk
huruf, melainkan dalam isinya. Bahasa merupakan medium utama karya sastra yang
bersifat rekursif, tidak bersambungan. Oleh karena itu, sastra bukan bacaan
yang sekali baca. Sastra harus dibaca per huruf, per kata, per kalimat dan
seterusnya untuk mendapatkan makna secara keseluruhan.
Keindahan
dalam sastra itu sendiri tergambar dari tanggapan dan sudut pandang yang
digunakan oleh pengarang dalam melihat dunia sekitarnya. Pengarang bisa melihat
objek karangannya sebagai suatu refleksi (cerminan) ataupun refraksi
(pembiasan). Bahasa sastra sama sekali tidak mewakilli kata-kata secara harfiah.
Bahasa sastra justru memutarbalikkan kenyataan yang ada melalui ambiguitas. Sastra
mengarahkan pengarang agar menggunakan bahasa untuk menghasilkan makna jamak. Tujuannya
ialah untuk mengembangkan penafsifan pembaca terhadap karya sastra seluas
mungkin.
CIRI-CIRI
SASTRA
1.
Sastra merupakan ciptaan atau kreasi
yang berisi luapan emosi spontan.
2.
Sastra bersifat otonom, tidak mengacu
pada sesuatu yang lain, dan tidak bersifat komunikatif.
3.
Sastra bercirikan koherensi yang dapat
ditafsirkan sebagai suatu keselarasan mendalam antara bentuk dan isi.
4.
Sastra menyajikan sintesis antara hal—hal
yang saling bertentangan.
5.
Sastra mengungkapkan sesuatu lewat asosiasi dan konotasi sehingga
memungkinkan adanya penafsiran-penafsiran yang berbeda.
RAGAM
KARYA SASTRA
Karya sastra dibagi
menjadi tiga genre, yaitu puisi, prosa dan drama. Masing-masing genre memiliki
unsur dan ciri yang berbeda-beda. Karya satra Indonesia terdiri atas dua jenis,
yaitu karya sastra lama dan karya sastra baru. Keduanya memiliki perbedaan
sebagai berikut :
UNSUR KARYA SASTRA
Secara
umum, unsur karya sastra dapat dibedakan atas dua unsur pokok, yaitu unsur intrinsik
dan unsur ekstrinsik.
1. Unsur Intrinsik
a. Tema
Adalah
sesuatu yang menjadi pokok masalah atau pokok pikiran dari pengarang yang
ditampilkan dalam karangannya
b. Amanat
Adalah
kesan dan pesan yang dapat memberi tambahan masukan pengetahuan, pendidikan,
yang bisa bermakna dalam hidup, juga memberikan hiburan, kepuasan dan kekayaan
batin didalam hidup kita.
c. Plot atau Alur
Adalah
suatu jalan cerita yang menceritakan rangkaian peristiwa dari awal hingga akhir
cerita.
Tahap-Tahap
Alur:
1. Tahap
Perkenalan atau Ekposisi
Ialah tahap permualaan cerita yang dimulai dengan suatu kejadian, tapi belum ada ketegangan bisa di artikan perkenalan para tokoh, penggambaran tempat, fisik pelaku, dan reaksi antar pelaku.
Ialah tahap permualaan cerita yang dimulai dengan suatu kejadian, tapi belum ada ketegangan bisa di artikan perkenalan para tokoh, penggambaran tempat, fisik pelaku, dan reaksi antar pelaku.
2. Tahap pertentangan atau konflik
Ialah tahap dimana mulai terjadi pertentangan antara pelaku-pelaku, bisa juga disebut titik pijak untuk menuju kepertentangan selanjutnya.
Ialah tahap dimana mulai terjadi pertentangan antara pelaku-pelaku, bisa juga disebut titik pijak untuk menuju kepertentangan selanjutnya.
Konflik
sendiri ada 2, yaitu :
–
Konflik Internal
Adalah konflik yang terjadi pada diri tokoh itu sendiri.
Adalah konflik yang terjadi pada diri tokoh itu sendiri.
–
Konflik Eksternal
Adalah konflik yang terjadi diluar tokoh, seperti konflik tokoh dengan tokoh, konflik tokoh dengan tuhan, konflik tokoh dengan lingkungan, konflik tokoh dengan alam, dll.
Adalah konflik yang terjadi diluar tokoh, seperti konflik tokoh dengan tokoh, konflik tokoh dengan tuhan, konflik tokoh dengan lingkungan, konflik tokoh dengan alam, dll.
3. Tahap
penanjakan konflik atau komplikasi.
Ialah tahap dimana ketegangan mulai berkembang dan terasa rumit, bisa diartikan nasib tokoh sulit ditebak dan samar-samar.
Ialah tahap dimana ketegangan mulai berkembang dan terasa rumit, bisa diartikan nasib tokoh sulit ditebak dan samar-samar.
4. Tahap
Klimaks
Ialah dimana tahap ketegangan mulai memuncak dan nasib pelaku mulai dapat diduga dan kadang dugaan itu tidak terbukti diakhir cerita.
Ialah dimana tahap ketegangan mulai memuncak dan nasib pelaku mulai dapat diduga dan kadang dugaan itu tidak terbukti diakhir cerita.
5. Tahap
Penyelesaian
Ialah tahap dari akhir cerita, pada bagian ini berisi tentang penjelasan nasib-nasib tokoh setelah mengalami peristiwa puncak. Ada juga penyelesaiannya yang diserahkan kepada pembaca, jadi akhir ceritanya tanpa penyelesaian dan menggantung.
Ialah tahap dari akhir cerita, pada bagian ini berisi tentang penjelasan nasib-nasib tokoh setelah mengalami peristiwa puncak. Ada juga penyelesaiannya yang diserahkan kepada pembaca, jadi akhir ceritanya tanpa penyelesaian dan menggantung.
Macam-Macam Alur :
1. Alur
Maju
Adalah suatu peristiwa yang diutarakan dari awal hingga akhir, atau masa kini hingga masa depan.
Adalah suatu peristiwa yang diutarakan dari awal hingga akhir, atau masa kini hingga masa depan.
2. Alur
Mundur atau Sorot Balik atau Flash Back
Adalah rangkaian peristiwa yang menjadi penutup atau diutarankan terlebih dahulu atau masa kini, baru menceritakan kenangan masa lalu dari salah satu tokoh.
Adalah rangkaian peristiwa yang menjadi penutup atau diutarankan terlebih dahulu atau masa kini, baru menceritakan kenangan masa lalu dari salah satu tokoh.
3. Alur
Campuran
Adalah rangkaian peristiwa pokok yang diutarakan. Dalam mengutarakan peristiwa pokok pembaca diajak mengenang masa lampau, kemudian mengenang peristiwa pokok yang sedang dialami tokoh utama.
Adalah rangkaian peristiwa pokok yang diutarakan. Dalam mengutarakan peristiwa pokok pembaca diajak mengenang masa lampau, kemudian mengenang peristiwa pokok yang sedang dialami tokoh utama.
d.
Perwatakan atau Penokohan
Ialah
bagaimana cara mengarang melukis watak tokoh, ada 3 cara untuk melukiskan watak
tokoh:
1. Analitik
Artinya si pengarang langsung menceritakan watak tokohnya.
Artinya si pengarang langsung menceritakan watak tokohnya.
Contoh
:
Siapa yang tidak mengenal sosok pak rian orangnya yang pintar, lucu, baik hati dan periang. Postur tubuhnya yang tidak terlalu tinggi melengkapi sosok guru yang diidolakan murid-muridnya.
Siapa yang tidak mengenal sosok pak rian orangnya yang pintar, lucu, baik hati dan periang. Postur tubuhnya yang tidak terlalu tinggi melengkapi sosok guru yang diidolakan murid-muridnya.
2. Dramatik
Artinya si pengarang melukiskan watak tokohnya secara tidak langsung. Bisa melalui lingkungan, tempat tinggal, dialog antar tokoh atau percakapan, tingkah laku, atau fisik, perbuatan, jalan pikiran, dan komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu.
Artinya si pengarang melukiskan watak tokohnya secara tidak langsung. Bisa melalui lingkungan, tempat tinggal, dialog antar tokoh atau percakapan, tingkah laku, atau fisik, perbuatan, jalan pikiran, dan komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu.
Contoh
:
Begitu Putri memasuki kamarnya, Pelajar kelas 3 SMP itu langsung melemparkan tasnya dan langsung langsung berbaring ditempat tidurnya tanpa melepas sepatunya terlebih dahulu. (tingkah laku tokoh)
Begitu Putri memasuki kamarnya, Pelajar kelas 3 SMP itu langsung melemparkan tasnya dan langsung langsung berbaring ditempat tidurnya tanpa melepas sepatunya terlebih dahulu. (tingkah laku tokoh)
3. Campuran
Ialah gabungan antara analitik dan dramatik. Pelaku dalam ceritanya dapat berupa benda-benda mati, binatang, dan manusia yang diinsankan.
Ialah gabungan antara analitik dan dramatik. Pelaku dalam ceritanya dapat berupa benda-benda mati, binatang, dan manusia yang diinsankan.
Pelaku atau tokoh dalam cerita :
-
Pelaku Utama
Ialah pelaku yang memegang peran utama dalam sebuah cerita dan selalu hadir disetiap kejadian.
Ialah pelaku yang memegang peran utama dalam sebuah cerita dan selalu hadir disetiap kejadian.
-
Pelaku Pembantu
Ialah pelaku yang berfungsi untuk membantu pelaku utama dalam sebuah cerita. Bisa sebagai penantang utama, bisa juga sebagai pahlawan.
Ialah pelaku yang berfungsi untuk membantu pelaku utama dalam sebuah cerita. Bisa sebagai penantang utama, bisa juga sebagai pahlawan.
-
Pelaku Protagonis
Ialah pelaku yang membawa watak tertentu yang membawa ide kebenaran (setia, jujur, baik hari dll)
- Pelaku Antagonis
Ialah pelaku yang menjadi penentang pelaku protogonis (pembohong, penipu dll)
Ialah pelaku yang membawa watak tertentu yang membawa ide kebenaran (setia, jujur, baik hari dll)
- Pelaku Antagonis
Ialah pelaku yang menjadi penentang pelaku protogonis (pembohong, penipu dll)
-
Pelaku Tritagonis
Ialah tokoh yang biasanya muncul sebagai tokoh ketiga dalam sebuah cerita atau bisa juga disebut tokoh penengah.
Ialah tokoh yang biasanya muncul sebagai tokoh ketiga dalam sebuah cerita atau bisa juga disebut tokoh penengah.
e.
Latar atau Setting
Ialah seatu keadaan yang melingkupi
pelaku dalam sebuah cerita. ada 3 jenis latar, yaitu :
1. Latar
Tempat
Adalah dimana tempat pelaku berada dan cerita terjadi (dirumah, sekolah, kota,
perkantoran dll)
2. Latar
Waktu
Ialah kapan cerita itu terjadi (pagi, siang, malam, sore, kamarin, besok, dll)
3. Latar
suasana
Ialah bagaimana keadaan yang terjadi dalam sebuah cerita (gembira, sedih,
damai, sepi, dll)
f.
Sudut Pandang Pengarang
Ialah
suatu posisi atau kedudukan pengarang dalam dalam sebuah cerita. Sudut pandang
dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Sudut
Pandang orang kesatu
Artinya pengarang sebagai pelaku yang terlibat langsung dalam sebuah cerita,
terutama sebagai pelaku utamanya (saya, aku, kata ganti orang pertama jamak:
kita, kami)
2. Sudut Pandang orang ketiga
Adalah pengarang berada diluar cerita, ia hanya menuturkan tokoh-tokoh dilua,
dan tidak terlibat dalam cerita. Pelaku utamanya (dia, ia mereka, kata ganti
orang ketiga jamak, nama-nama lain).
2.
Unsur
Ekstrinsik
Unsur yang mendukung
dari luar (ekstern) sebuah karya sastra disebut unsur ekstrinsik. Unsur ini
dapat dilihat dari hal-hal berikut :
a.
Riwayat
Hidup Pengarang
Biasanya
biografi atau autobiografi memuat segala hal yang berkaitan dengan kehidupan
pengarang, seperti agama, paham atau ideologi, falsafah hidup, atau keadaan
psikologi pengarang. Hal-hal tersebut dapat membantu pembaca memahami atau
menjelaskan fenomena yang ada di dalam karya sastra.
b.
Latar
Sosial dan Budaya
Latar sosial berkaitan dengan kondisi umum suatu
masyarakat. Sementara itu, latar budaya berkaitan dengan kondisi kebudayaan,
termasuk adat-istiadat masyarakat setempat.
c.
Keadaan
Zaman
Keadaan zaman pada waktu pengarang menyusun
karyanya, seperti kondisi politik, perlu diperhatikan untuk memahami fenomena
yang ada di dalam karya sastra.
REFERENSI :
Ainia
Prihantini, S. Hum. 2015. Master Bahasa Indonesia. Yogyakarta : PT Bentang
Pustaka.
http://www.seputarpendidikan.com/2015/06/unsur-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik-karya-sastra-lengkap.html.
Sabtu, 10 April 2016
Komentar
Posting Komentar