PEMUDA DAN SOSIALISASI
A. PENGERTIAN PEMUDA
Pemuda
adalah golongan manusia-manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan
pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi
pembangunan yang kini telah berlangsung, pemuda di Indonesia dewasa ini sangat
beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Keragaman
tersebut pada dasarnya tidak mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan
pengembangan generasi muda.
B. PENGERTIAN
SOSIALISASI
1. Menurut Peter L Berger
Sosialisasi adalah proses ketika seorang anak belajar
menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
2. Menurut Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah suatu proses ketika manusia
mempelajari norma dan nilai. Melalui sosialisasi, seseorang akan menjadi bagian
dari masyarakat, mengikuti kebiasaan-kebiasaan, aturan, norma dan nilai-nilai
didalamnya.
Jadi, Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung
sepanjang hidup manusia, berkenaan dengan bagaimana seorang individu
mempelajari cara hidup, norma dan nilai sosial.
C. INTERNALISASI,
SOSIALISASI DAN ENKULTURASI
Proses belajar
kebudayaan oleh warga masyarakat diantaranya proses internalisasi
(internalization), sosialisasi (sosialization) dan enkulturasi (enculturation).
-
Internalisasi (Internalization)
Menurut Koentjaningrat, proses internalisasi merupakan
proses panjang sejak seorang individu dilahirkan, sampai ia hampir meninggal,
dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat,
nafsu serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya. Ketika manusia hidup, ia
akan bersentuhan dengan kehidupan orang lain dengan berbagai sifat dan sikap
orang lain yang sekaligus menambah kaya pengalaman hidupnya sehingga manusia
mampu menempatkan diri ketika ia sedang berinteraksi.
-
Sosialisasi (Sosialization)
Proses sosialisasi berhubungan dengan sistem sosial.
Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak sampai masa tuanya
belajar mengenai pola-pola tindakan dan pergaulan dengan segala macam individu
yang berada disekelilingnya serta menduduki beraneka macam peranan sosial yang
mungkin ada dalam kehidupan masyarakat.
-
Enkulturasi
(Enculturation)
Proses enkulturasi dalam bahasa Indonesia sering disebut
pembudayaan. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah institutionalization. Dalam
proses itu seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta
sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma dan peraturan-peraturan yang hidup
dalam kebudayaannya. Contohnya, anak kecil yang meniru ucapan orang tuanya.
D. PROSES SOSIALISASI
Menurut Prof.
Dr. MZ Lawang (1985), Proses sosialisasi adalah proses mempelajari norma,
nilai, peran dan semua persyaratan lain yang diperlukan seorang individu
untuk berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial.
Melalui proses sosialisasi seorang individu memiliki kemampuan untuk
beradaptasi dan menjadi lebih mandiri.
Sosialisasi
bertujuan memberikan keterampilan, mengembangkan kemampuan berkomunikasi,
berlatih untuk mawas diri dan menanamkan nilai dan kepercayaan pokok pada diri
seseorang.
Melalui
proses sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan
dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana
ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya.
Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan
beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk.
Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu
melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cari hidup dan bagaimana cara
berpikir kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota
masyarakat dan hubungannya degnan sistem sosial.
Proses
sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial
yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada
soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh
karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang.
Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri
sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran
terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai
kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
1.
Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan
cara orang lain memandang dan memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai,
tidak dihargai, tidak dipercaya atau sebaliknya, ia disayangi, baik budi
dan dapat dipercaya
2.
Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan
mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh
penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam
meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial
Bertitik tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi
pemuda dimulai dari umur 10 tahun dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah,
dan jalur organisasi formal atau informal untuk berperan sebagai mahluk sosial,
makhluk individual bagi pemuda .
Peran sosial
mahasiswa dan pemuda di masyarakat kurang lebih sama dengan peran warga yang
lainnya ditengah masyarakat. Dan harus diingat, tugas utama mahasiswa dan
pemuda adalah belajar disekolah/dikampus. Mahasiswa mendapat tempat istimewa
karena mereka dianggap kaum intelektual yang sedang menempuh pendidikan. Pada
saatnya nanti, sewaktu mahasiswa lulus kuliah, ia akan mencari kerja dan
menempuh kehidupan yang relatif sama dengan warga yang lain.
E. POLA
DASAR PEMBINAAN & PENGEMBANGAN GENERASI MUDA
Pola dasar
pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan alam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor:0323/U/1978 tanggal 28 Oktober 1978.
Maksud dari Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda adalah agar
semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-benar
menggunakan sebagai pedoman sehingga pelaksanaannya dapat terarah, menyeluruh
dan terpadu serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud.
Pola Dasar
Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda disusun berdasarkan :
1. Landasan IDIIL :
Pancasila
2. Landasan Konstitusional : Undang-Undang Dasar 1945
3. Landasan Strategis : Garis-Garis Besar Haluan Negara
4. Landasan Historis : Sumpah Pemuda dan Proklamasi
5. Landasan Normatif : Etika, tata nilai dan tradisi luhur yang hidup
dalam masyarakat
F. PENGERTIAN POKOK PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
GENERASI MUDA
Pembinaan dan
Pengembangan Generasi Muda menyangkut dua pengertian pokok yaitu:
- Generasi Muda sebagai subyek pembinaan dan
pengembangan adalah mereka yang telah
memiliki bekal-bekal dan kemampuan serta landasan untuk dapat mandiri dalam
keterlibatannya secara fungsional bersama potensi lainnya, guna menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi bangsa dalam rangka kehidupan berbangsa dan
bernegara serta pembangunan nasional.
- Generasi Muda sebagai subyek pembinaan dan
pengembangan adalah mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah
pertumbuhan potensi dan kemampuan-kemampuannya ketingkat yang optimal dan belum
dapat bersikap mandiri yang melibatkan secara fungsional.
G. MASALAH-MASALAH GENERASI MUDA
Masalah
generasi muda pada umumnya ditandai oleh dua ciri yang berlawanan, yakni
keinginan untuk melawan dan sikap yang apatis. Keinginan untuk melawan antara
lain ditujukan dalam bentuk radikalisme. Sikap yang apatis misalnya penyesuaian
yang membabi buta terhadap ukuran moral generasi tua.
Dalam
masyarakat yang sedang mengalami masa transisi, generasi muda seolah-olah
terjepit antara norma lama dan baru (yang kadang belum terbentuk). Generasi tua
seolah-olah tidak menyadari bahwa sekarang ukurannya bukan lagi usia, akan
tetapi kemampuan. Generasi muda sama sekali tidak diberi kesempatan untuk
membuktikan kemampuannya. Dalam masyarakat perkotaan, kondisi ini diperparah
lagi dengan kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya. Orang tua tidak
memiliki waktu yang cukup untuk mendampingi perkembangan anaknya karena sibuk
mecari nafkah atau mengejar prestise.
Akibatnya timbul masalah-masalah
sosial yang dapat diurutkan sebagai berikut:
- Persoalan sense of value yang kurang ditanamkan oleh
orang tua.
- Tumbuhnya organisasi atau kelompok pemuda
informal yang tingkah lakunya tidak disukai oleh masyarakat.
- Timbulnya usaha generasi muda untuk megadakan
perubahan-perubahan dalam masyarakat, yang disesuaikan dengan nilai-nilai kaum
muda.
H. POTENSI-POTENSI
GENERASI MUDA
Sejarah mencatat
betapa generasi muda bisa mengubah jalannya sejarah suatu negara. Sejarah
kemerdekaan kita dan gerakan reformasi 1998 menjadi tonggak dan bukti kekuatan
mereka, karena ciri-ciri potensi berikut:
1. Dinamis : Penuh dengan gairah dan semangat hidup
yang membara. Jiwa muda aalah jiwa dalam ‘taufan dan badai’ (Sturm und Drang), sarat
dengan gelora hidup yang harus menemukan penyaluran yang tepat.
2. Berorientasi Masa Depan : Berbeda dari generasi
tua yang umumnya suka mengenang dan merindukan masa silam (part-oriented),
generasi muda cenderung berorientasi ke masa depan (future-oriented), sarat
dengan cita-cita masa depan.
3. Terbuka : Potensi ini menempatkan orang muda
sebagai ‘generasi pembaru’, yang selalu berupaya melawan kemapanan yang
mendobrak nilai-nilai lama yang melestarikans status quo.
4. Kreatif : Karena tidak puas dengan keadaan dan
nilai-nilai lama dan haus akan segala sesuatu yang baru, generasi muda selalu
mengerahkan daya cipta untuk mencari terobosan-terobosan baru.
5. Empatik : Generasi muda juga memiliki kepekaan
sosial yang tinggi, kemampuan empati atau berselara, sehingga dengan cepat dan
mudah ikut merasakan penderitaan orang lain, baik yang mereka jumpai di
sekitarnya maupun yang disaksikan di media massa khususnya televisi.
I. TUJUAN POKOK SOSIALISASI
Menurut Bruce J.
Cohen, sosialisasi memiliki tujuan-tujuan pokok sebagai berikut :
1. Individu harus diberi keterampilan yang
dibutuhkan bagi hidupnya kelak di masyarakat.
2. Individu harus mampu berkomunikasi secara
efektif dan mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis dan berbicara.
3. Pengendalian fungsi-fungsi organik harus
dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
4. Setiap individu harus dibiasakan denga
nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.
REFERENSI :
http://ocw.gunadarma.ac.id/
http://books.google.co.id/
Komentar
Posting Komentar